Total Pageviews

Sunday, January 5, 2014



PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
UJIAN SEMESTER GASAL 2013/2014

Mata Kuliah                : Landasan Kependidikan
Program Studi             : S2 Pendidikan Dasar
Dosen                          : 1. Ani Rusilowati
                                   2. Hartono
Petunjuk:
1.      Jawablah seluruh soal dengan pemikiran yang mendasar dan komprehensif
2.      Jawaban hendaknya dengan mengemukakan analisis, sintesis, melalui argumentasi yang bernalar, dengan tata tulis ilmiah
3.      Jawaban disusun dengan prinsip kejujuran akademik, jawaban yang  mengindikasikan kesamaan antar mahasiswa berkonsekuensi bernilai nol (tidak dinilai)
4.      Jawaban dikumpulkan pada hari Senin 6 januari 2014, jam 12 wib, di Loker dosen, gedung D7 lantai 2 FMIPA, Kampus Sekaran.
Soal:
1.      Pembahasan dan diskusi tentang Landasan Kependidikan selalu diawali dengan hakikat manusia dan hakikat pendidikan. Lakukan analisis yang mendasar dan komprehensif, mengapa kajian hakekat manusia dan hakikat pendidikan menjadi kewajiban dalam mendiskusikan teori, konsep, dan landasan kependidikan.
2.      Ada beberapa rumusan hakikat manusia dan hakikat pendidikan. Kedua rumusan tersebut memiliki hubungan yang konsisten. Berikan sekurang-kurangnya dua contoh rumusan dengan uraian singkat tentang kekonsistenan hubungan tersebut.
3.      Berdasar kepada hakekat MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) lakukan analisis secara komprehensif kontribusi MIPA dalam mewarnai tujuan pendidikan di Indonesia.
4.      Berikut ini disajikan beberapa kajian landasan kependidikan, lengkapilah dengan isu/masalah utama dalam kajian tersebut, berikan juga alternative solusi yang tepat dan komprehensif. Tulislah jawaban dalam bentuk naratif (bukan matrik) . Kajian, Isu/ masalah dan Solusi dari:
Landasan filosofi pendidikan    …………………    …………………
Landasan psikologi pendidikan    …………………    …………………
Landasan historis pendidikan    …………………    …………………
Profesionalisasi pendidik    …………………    …………………


   -------------Selamat bekerja dengan komitmen penuh kejujuran -----


Nama              : Muhamad Taufik Hidayat
NIM                : 0103513156
Prodi               : Pendidikan Dasar (IPA)


Jawaban:

1.                   Menurut Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, termanifestasi dalam intelektual, emosional dari kemanusiaan dari manusia. Kosasih Djahiri mengatakan bahwa pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat), membina manusia menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized). Sedangkan undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab I menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik (manusia) secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan rumusan-rumusan hakikat pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi aktor utama pendidikan adalah manusia. Manusia sebagai pelaku aktif sekaligus pasif atau dalam kata lain sebagai subjek dan objek pendidikan. Adanya pendidikan karena adanya manusia.
Oleh karena itulah sebelum kita membahas mengenai landasan atau dasar-dasar pendidikan, maka kita selain harus memahami makna pendidikan itu sendiri, juga harus memahami pelaku utama dalam pendidikan yaitu manusia. Karena tanpa memahami hakikat pelaku pendidikan (manusia), maka tak akan mungkin memahami apa itu pendidikan. Kemudian, tanpa mengerti hakikat pendidikan, tak akan mungkin bisa memahami apa itu landasannya.


2.         Manusia adalah Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial”
“Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang permanent di dalam kebiasaan-kebiasaan, tingkah laku, pikiran dan sifatnya.
Rumusan-rumusan di atas menunjukkan bahwa manusia merupakan suatu individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan sosialnya atau manusia-manusia lain di sekitarnya. Pengaruh ini akan mengubah konsep dan gaya hidup manusia tersebut. Pendidikan berusaha memberikan pengaruh-pengaruh yang positif yang menjadikan manusia tersebut mampu menjadi manusia seutuhnya dan mencapai kebahagiaan / tugas perkembangan. 
Contohnya: seorang anak yang bergaul dengan anak-anak yang berbudi pekerti baik maka akan meniru sedikit demi sedikit karakter tersebut. Hal ini memberi dampak positif pada dirinya di masa depan ketika menjalani kehidupan dewasa / kehidupan nyata.

 “Manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya”
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religius yang diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia”
Rumusan-rumusan di atas menunjukkan bahwa manusia mempunyai potensi dan kekuatan yang harus diarahkan melalui pengetahuan, nilai-nilai, budaya dan agama dalam memenuhi kebutuhan dan hasratnya untuk menjadi manusia sejati / seutuhnya.
Contohnya: Manusia mempunyai kekuatan otot yang harus diarahkan untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya, manusia mempunyai estetika yang harus diarahkan pada ekspresi-ekspresi seni, dan manusia mempunyai hasrat biologis yang harus diarahkan pada pernikahan. Pengarahan tersebut hanya dapat dilakukan melalui jalan pendidikan. 



3.         "Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
            Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif (Sutawijaya,1997:176). Menurut Hudoyo (1990:3) matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak
            Sedangkan IPA merupakan usaha manusia memahami alam semesta dengan pengamatan yang tepat (correct) dan prosedur yang benar (true), serta dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi IPA mengandung tiga hal: proses, prosedur dan produk (Sutrisno, Hery dan Kartono 2007:1.19).
            Menurut Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI (BSNP 2006:162), tujuan pembelajaran IPA di SD adalah:
(1)      Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya,
(2)      Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
(3)      Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,
(4)      Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
(5)      Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam,
(6)      Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan
(7)      Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Sehingga kontribusi MIPA hampir mencakup seluruh tujuan pendidikan nasional yakni mengubah peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.


4.    Landasan Filosofis pendidikan
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta,2001). Landasan filosofi pendidikan adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem gagasan tentang pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem gagasan filsafat umum yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu.
Salah satu contoh permasalahan yang berkenaan dengan kajian ini: karena sistem pendidikan Indonesia diadopsi dari barat, maka seringkali muatan-muatan kurikulum kurang sesuai dengan landasan filosofi pendidikan Indonesia. Sebagai contoh “Prinsip Ekonomi” dalam mata pelajaran Ekonomi yang tidak sesuai dengan salah satu filosofi lokal Indonesia yaitu “rela berkorban”, serta falsafah agama yaitu “bersedekah”.  Kemudian “Teori Evolusi” yang tidak sesuai dengan filosofi agama yang mengimani manusia berasal dari manusia (Adam).
Solusi yang bisa diterapkan adalah dengan merevisi kurikulum dan muatan-muatan dalam kurikulum agar tidak bertentangan dengan filosofi pendidikan Indonesia yaitu Agama dan kearifan lokal (Pancasila). Sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang seutuhnya yang sesuai nilai-nilai agama dan kearifan lokal (Pancasila).

Landasan Psikologis Pendidikan
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu serta mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsip-prinsip, metode, teknik, dan pendekatan psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan.
Salah satu contoh permasalahan yang berkenaan dengan kajian ini: mengenai pelaksanaan pendidikan yang megedepankan kognitif atau potensi IQ belaka. Padahal dalam kehidupan nyata, justru muatan afektif dan psikomotorik (EQ dan SQ) lebih dominan dipakai dan lebih menjamin keberhasilan dalam mencapai tugas perkembangan. Sehingga banyak sekali lulusan SMA maupun Universitas yang shock ketika dihadapkan dengan kontrasnya dunia sekolah dan dunia nyata.
Solusi yang bisa diterapkan adalah dengan merevitalisasi pengembangan EQ dan SQ serta capaian kurikulum harus lebih fokus pada afektif dan psikomotorik. Sehingga peserta didik sudah terbiasa dihadapkan dengan permasalahan-permasalahn yang konkret dan kontekstual. Hasil akhirnya adalah kesiapan mental peserta didik dalam menghadapi dunia nyata yang penuh tantangan dan problematika.

Landasan Historis Pendidikan
          Yang dimaksud dengan sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007: 109). Landasan historis pendidikan nasional Indonesia tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia itu sendiri.
Salah satu contoh permasalahan yang berkenaan dengan kajian ini adalah peserta didik kurang mau mengerti dan menghayati bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan mempunyai sejarah panjang yang gemilang. Peserta didik kurang menghayati bahwa leluhur bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berperadaban tinggi dan bahkan pernah menjadi negara adidaya di tingkat regional. Hal ini mengakibatkan kurang adanya semangat peserta didik untuk mengulang kejayaan-kejayaan masa lampau  bangsa Indonesia.
Solusi yang bisa diterapkan adalah dengan merevitalisasi pentingnya pengenalan dan penghayatan akan sejarah panjang Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar dan berperadaban tinggi. Misalnya dengan lebih “menggembirakan” materi dalam pelajaran sejarah dengan melakukan drama, pemutaran film kolosal, ke museum trowulan dan sebagainya. Setelah itu siswa dibimbing untuk mendapatkan motivasi intrinsic untuk berusaha mewujudkan kembali bangsa Indonesia menjadi bangsa yang disegani bangsa-bangsa di dunia.

Profesionalisasi Pendidik
“Profesionalisasi” adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok orang menjadi profesional.
Salah satu contoh permasalahan yang berkenaan dengan kajian ini adalah program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang dirasa belum bisa menjadi wahana profesionalisasi yang baik dan efektif. Guru yang lulus dari PLPG dan menerima sertifikat “guru profesional” banyak yang tidak dijamin profesionalitasnya. Kualitas yang ditunjukkan hanya bertambah sedikit kalau tidak mau disebut stagnan. Guru yang berkualitas bagus menurut Henry Giroux adalah seorang intelektual transformatif, mereka ini beraktivitas kerja tidak didasari hasrat spesialisasi kerja dan profit, melainkan didasari oleh kesadaran kritis untuk perubahan sosial, kecintaan pada manusia dan aktivitas pedagogi dan seterusnya dan seterusnya. PLPG tidak menjamin hal ini.
Solusi yang bisa diterapkan adalah Kalaupun yang dimaksud PLPG adalah cara untuk meningkatkan profesionalitas dan kualitas guru dan dosen, maka bentuknya mesti jelas, yakni pendampingan dan pelatihan intensif untuk guru, pemberdayaan MGMP dan sejenisnya. Status professional tidak dianggap final, namun statis. Artinya sertifikat professional harus terus menerus diuji secara berkala agar semua guru mempertahakan status profesionalnya.

No comments:

Charity for blog development

Bagi yang ingin menyisihkan sebagian rezekinya untuk pengembangan blog ini, silahkan kirim ke rek BNI Cab. Semarang 0162468167
atas nama Muhamad Taufik Hidayat . Terimakasih. ;-)