PROGRAM PASCA
SARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
UJIAN SEMESTER
GASAL 2013/2014
Mata Kuliah : Landasan Kependidikan
Program Studi : S2 Pendidikan Dasar
Dosen : 1. Ani Rusilowati
Petunjuk:
1. Jawablah seluruh soal dengan pemikiran
yang mendasar dan komprehensif
2.
Jawaban hendaknya dengan mengemukakan analisis, sintesis, melalui argumentasi yang bernalar, dengan tata tulis ilmiah
3.
Jawaban disusun dengan prinsip kejujuran akademik,
jawaban yang mengindikasikan kesamaan antar mahasiswa berkonsekuensi bernilai nol
(tidak dinilai)
4. Jawaban dikumpulkan pada hari Senin 6 januari 2014, jam 12 wib,
di Loker dosen, gedung D7 lantai 2 FMIPA, Kampus Sekaran.
Soal:
1. Pembahasan dan diskusi tentang Landasan Kependidikan selalu diawali dengan hakikat manusia dan hakikat pendidikan.
Lakukan analisis yang mendasar dan komprehensif,
mengapa kajian hakekat manusia dan hakikat pendidikan menjadi kewajiban dalam mendiskusikan teori, konsep, dan landasan kependidikan.
2.
Ada beberapa rumusan hakikat manusia dan hakikat pendidikan.
Kedua rumusan tersebut memiliki hubungan
yang konsisten. Berikan sekurang-kurangnya dua contoh rumusan dengan uraian singkat tentang kekonsistenan hubungan tersebut.
3.
Berdasar kepada hakekat MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) lakukan analisis secara komprehensif kontribusi MIPA dalam mewarnai tujuan pendidikan di Indonesia.
4.
Berikut ini disajikan beberapa kajian landasan kependidikan, lengkapilah dengan isu/masalah utama dalam kajian tersebut,
berikan juga alternative solusi yang tepat dan komprehensif.
Tulislah jawaban dalam bentuk naratif
(bukan matrik) . Kajian, Isu/ masalah dan Solusi dari:
Landasan filosofi pendidikan ………………… …………………Landasan psikologi pendidikan ………………… …………………
Landasan historis pendidikan ………………… …………………
Profesionalisasi pendidik ………………… …………………
-------------Selamat bekerja dengan komitmen penuh kejujuran -----
Nama : Muhamad Taufik Hidayat
NIM : 0103513156
Prodi : Pendidikan Dasar (IPA)
Jawaban:
1.
Menurut Horne, pendidikan
adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi
bagi manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan
sadar kepada Tuhan, termanifestasi dalam intelektual, emosional dari kemanusiaan
dari manusia. Kosasih Djahiri mengatakan bahwa pendidikan merupakan upaya yang
terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang
hayat), membina manusia menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized). Sedangkan undang-undang
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab I menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik (manusia) secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Berdasarkan rumusan-rumusan hakikat
pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi aktor utama pendidikan
adalah manusia. Manusia sebagai pelaku aktif sekaligus pasif atau dalam kata
lain sebagai subjek dan objek pendidikan. Adanya pendidikan karena adanya
manusia.
Oleh karena itulah sebelum kita
membahas mengenai landasan atau dasar-dasar pendidikan, maka kita selain harus
memahami makna pendidikan itu sendiri, juga harus memahami pelaku utama dalam
pendidikan yaitu manusia. Karena tanpa memahami hakikat pelaku pendidikan
(manusia), maka tak akan mungkin memahami apa itu pendidikan. Kemudian, tanpa
mengerti hakikat pendidikan, tak akan mungkin bisa memahami apa itu
landasannya.
2. “Manusia
adalah Individu yang mudah terpengaruh
oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial”
“Pendidikan
adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan
yang permanent di dalam kebiasaan-kebiasaan, tingkah laku, pikiran dan
sifatnya.
Rumusan-rumusan di atas menunjukkan
bahwa manusia merupakan suatu individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan
sosialnya atau manusia-manusia lain di sekitarnya. Pengaruh ini akan mengubah
konsep dan gaya hidup manusia tersebut. Pendidikan berusaha memberikan
pengaruh-pengaruh yang positif yang menjadikan manusia tersebut mampu menjadi
manusia seutuhnya dan mencapai kebahagiaan / tugas perkembangan.
Contohnya: seorang anak yang bergaul dengan
anak-anak yang berbudi pekerti baik maka akan meniru sedikit demi sedikit
karakter tersebut. Hal ini memberi dampak positif pada dirinya di masa depan
ketika menjalani kehidupan dewasa / kehidupan nyata.
“Manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga dalam
yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya”
“Pendidikan
merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and
transfer of religius yang diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia”
Rumusan-rumusan di atas menunjukkan
bahwa manusia mempunyai potensi dan kekuatan yang harus diarahkan melalui
pengetahuan, nilai-nilai, budaya dan agama dalam memenuhi kebutuhan dan
hasratnya untuk menjadi manusia sejati / seutuhnya.
Contohnya: Manusia mempunyai kekuatan otot
yang harus diarahkan untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya, manusia
mempunyai estetika yang harus diarahkan pada ekspresi-ekspresi seni, dan
manusia mempunyai hasrat biologis yang harus diarahkan pada pernikahan.
Pengarahan tersebut hanya dapat dilakukan melalui jalan pendidikan.
3. "Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menyebutkan
bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Matematika mengkaji benda abstrak
(benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan
simbol (lambang) dan penalaran deduktif (Sutawijaya,1997:176). Menurut Hudoyo
(1990:3) matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan,
hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan
konsep-konsep abstrak
Sedangkan IPA merupakan usaha
manusia memahami alam semesta dengan pengamatan yang tepat (correct) dan
prosedur yang benar (true), serta dijelaskan dengan penalaran yang sahih
(valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi
IPA mengandung tiga hal: proses, prosedur dan produk (Sutrisno, Hery dan
Kartono 2007:1.19).
Menurut Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI (BSNP 2006:162), tujuan
pembelajaran IPA di SD adalah:
(1) Memperoleh keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan
keteraturan alam ciptaann-Nya,
(2) Mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari,
(3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,
(4) Mengembangkan ketrampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
(5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan
serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam,
(6) Meningkatkan kesadaran untuk
menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan
(7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep
dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Sehingga kontribusi MIPA hampir
mencakup seluruh tujuan pendidikan nasional yakni mengubah peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.
4. Landasan Filosofis pendidikan
Filsafat
pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta,2001). Landasan filosofi pendidikan
adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem gagasan
tentang pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem gagasan
filsafat umum yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu.
Salah satu contoh permasalahan yang berkenaan dengan kajian
ini: karena sistem pendidikan Indonesia diadopsi dari barat, maka seringkali
muatan-muatan kurikulum kurang sesuai dengan landasan filosofi pendidikan
Indonesia. Sebagai contoh “Prinsip Ekonomi” dalam mata pelajaran Ekonomi yang tidak
sesuai dengan salah satu filosofi lokal Indonesia yaitu “rela berkorban”, serta
falsafah agama yaitu “bersedekah”.
Kemudian “Teori Evolusi” yang tidak sesuai dengan filosofi agama yang
mengimani manusia berasal dari manusia (Adam).
Solusi yang bisa
diterapkan adalah dengan merevisi kurikulum dan muatan-muatan dalam kurikulum
agar tidak bertentangan dengan filosofi pendidikan Indonesia yaitu Agama dan
kearifan lokal (Pancasila). Sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang
menjadi pribadi yang seutuhnya yang sesuai nilai-nilai agama dan kearifan lokal
(Pancasila).
Landasan Psikologis Pendidikan
Psikologi
adalah
ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk perilaku baik
manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun
aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari
yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu serta
mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsip-prinsip, metode, teknik, dan
pendekatan psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam
pendidikan.
Salah satu contoh permasalahan yang berkenaan dengan kajian
ini: mengenai pelaksanaan pendidikan yang megedepankan kognitif atau potensi IQ
belaka. Padahal dalam kehidupan nyata, justru muatan afektif dan psikomotorik
(EQ dan SQ) lebih dominan dipakai dan lebih menjamin keberhasilan dalam
mencapai tugas perkembangan. Sehingga banyak sekali lulusan SMA maupun
Universitas yang shock ketika
dihadapkan dengan kontrasnya dunia sekolah dan dunia nyata.
Solusi yang bisa diterapkan adalah dengan merevitalisasi
pengembangan EQ dan SQ serta capaian kurikulum harus lebih fokus pada afektif
dan psikomotorik. Sehingga peserta didik sudah terbiasa dihadapkan dengan
permasalahan-permasalahn yang konkret dan kontekstual. Hasil akhirnya adalah
kesiapan mental peserta didik dalam menghadapi dunia nyata yang penuh tantangan
dan problematika.
Landasan Historis Pendidikan
Yang dimaksud dengan
sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau
kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan
informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik,
moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007: 109). Landasan historis
pendidikan nasional Indonesia tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia itu
sendiri.
Salah satu contoh permasalahan yang berkenaan dengan kajian
ini adalah peserta didik kurang mau mengerti dan menghayati bahwa bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang besar dan mempunyai sejarah panjang yang
gemilang. Peserta didik kurang menghayati bahwa leluhur bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang berperadaban tinggi dan bahkan pernah menjadi negara
adidaya di tingkat regional. Hal ini mengakibatkan kurang adanya semangat
peserta didik untuk mengulang kejayaan-kejayaan masa lampau bangsa Indonesia.
Solusi yang bisa diterapkan adalah dengan merevitalisasi
pentingnya pengenalan dan penghayatan akan sejarah panjang Indonesia sebagai
sebuah bangsa yang besar dan berperadaban tinggi. Misalnya dengan lebih
“menggembirakan” materi dalam pelajaran sejarah dengan melakukan drama,
pemutaran film kolosal, ke museum trowulan dan sebagainya. Setelah itu siswa
dibimbing untuk mendapatkan motivasi intrinsic untuk berusaha mewujudkan
kembali bangsa Indonesia menjadi bangsa yang disegani bangsa-bangsa di dunia.
Profesionalisasi Pendidik
“Profesionalisasi”
adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam
mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang
atau kelompok orang menjadi profesional.
Salah satu contoh permasalahan yang berkenaan dengan kajian
ini adalah program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang dirasa belum
bisa menjadi wahana profesionalisasi yang baik dan efektif. Guru yang lulus
dari PLPG dan menerima sertifikat “guru profesional” banyak yang tidak dijamin
profesionalitasnya. Kualitas yang ditunjukkan hanya bertambah sedikit kalau
tidak mau disebut stagnan. Guru yang berkualitas bagus menurut
Henry Giroux adalah seorang intelektual transformatif, mereka ini beraktivitas
kerja tidak didasari hasrat spesialisasi kerja dan profit, melainkan didasari
oleh kesadaran kritis untuk perubahan sosial, kecintaan pada manusia dan
aktivitas pedagogi dan seterusnya dan seterusnya. PLPG tidak menjamin hal ini.
Solusi yang bisa diterapkan adalah Kalaupun
yang dimaksud PLPG adalah cara untuk meningkatkan profesionalitas dan kualitas
guru dan dosen, maka bentuknya mesti jelas, yakni pendampingan dan pelatihan
intensif untuk guru, pemberdayaan MGMP dan sejenisnya. Status professional
tidak dianggap final, namun statis. Artinya sertifikat professional harus terus
menerus diuji secara berkala agar semua guru mempertahakan status
profesionalnya.
No comments:
Post a Comment