Total Pageviews

Tuesday, November 5, 2013

AKU DAN TAHUN BARU HIJRIAH



AKU DAN TAHUN BARU HIJRIAH


Kalender hijriah mungkin tidak sepopuler kalender masehi yang dipakai secara nasional bahkan internasional. Padahal kita sebagai umat Islam seharusnya lebih memperhatikan kalender hijriah yang berasal dari Islam. Oke, kali ini saya ingin membahas tuntas serta ngalor-ngidul tentang tahun baru hijriah.

Pertama kali saya mengenal tahun Hijriah tentunya dari orang tua saya. Karena saya lahir di desa yang alhamdulillah masih menggunakan tahun hijriah maupun tahun Jawa (campuran hijriah dan hindu). Karena kami berpatokan pada tahun hijriah / jawa untuk menandai masa-masa bercocok tanam, ritual-ritual budaya (selamatan, tahlilan, pernikahan dsb) dan tentunya sebagai acuan ibadah umat Islam seperti puasa Ramadhan dan haji. Jadi, bagi masyarakat kami, kalender hijriah / Jawa sangatlah penting. Kalender Masehi hanya dipakai untuk urusan-urusan umum, seperti pendidikan umum, ekonomi dan sebagainya.

Ketika saya belajar di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA), saya baru mengenal sejarah tahun hijriah. Diceritakan bahwa tahun hijriah diawali dari peristiwa hijrahnya (berpindah) Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Hijrahnya beliau dikarenakan Mekkah belum begitu kondusif untuk syiar Islam, sehingga umat Islam awal (Assabiqunal Awwalun) saat itu terpaksa harus mencari tempat baru yang lebih aman dan kondusif untuk menyebarkan syiar Islam. Atas petunjuk Allah SWT, dipilihlah Yastrib sebagai kota tujuan hijrah, karena Yastrib dianggap kota yang aman, strategis dan mempunyai penduduk yang antusias untuk belajar dan mendukung agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah. Setelah Rasulullah dan pengikutnya secara sembunyi-sembunyi memasuki kota itu, maka Yastrib diubah namanya menjadi Madinah, atau bermakna "Kota yang Tertib". Penduduk Yastrib saat itu sangat antusias dan bahagia atas kehadiran Rasulullah dan pengikutnya. Mereka menyambut rombongan Rasulullah dengan bernyanyi diiringi rebana.

Rasulullah menjuluki pengikutnya dari Makkah sebagai kaum Muhajirin, sedangkan penduduk Madinah sebagai kaum Anshor. Kemudian Rasulullah mempersaudarakan dua kaum tersebut, sehingga bisa hidup secara damai dan berdampingan. Peristiwa hijrah itulah sebagai dasar penanggalan kalender Hijriah yang dipakai Islam sampai sekarang. Sedangkan muharram dipilih sebagai awal bulan Hijriah dengan beberapa pertimbangan khusus dari Rasulullah dan para sahabat. Yang pasti Rasulullah tidak ingin awal bulan Hijriah (tahun baru) dijadikan perayaan yang berlebihan yang menjerumus pada kemusyrikan seperti layaknya tahun baru masehi (mengagungkan Nabi Isa AS).

Oke, itu sekilas sejarah kalender hijriah. Setelah saya mengetahui dan meyakini keutamaan kalender hijriah, ternyata pada kenyataannya hampir tidak pernah bagi kami (kaum muda) mengaplikasikan kalender tersebut. Itu terjadi karena kami hampir tidak pernah bergelut dalam aspek ritual budaya maupun pertanian. Dunia kami adalah dunia sekolah umum yang menggunakan kalender masehi. Mungkin hanya saat bulan Ramadhan, kami sadar tentang kalender hijriah. Selebihnya kami buta sama sekali. Apalagi sekarang banyak kalender yang tidak meyertakan penanggalan Hijriah maupun Jawa, praktis kami semakin acuh dengan penanggalan itu.

Mungkin terdengar menyedihkan. Gejala-gejala pencerabutan kalender hijriah dari kehidupan generasi muda Islam sangatlah nampak. Itu kondisi di pedesaan, di perkotaan saya kira akan lebih mengkhawatirkan, karena ritual budaya maupun pertanian tidak dipraktekkan di perkotaan. Sehingga generasi tua pun mungkin sudah buta tentang kalender hijriah.

Setelah saya menginjak remaja, saya memasuki dunia dakwah remaja. Saya mulai mengikuti kajian-kajian keislaman untuk remaja dan banyak membaca majalah-majalah Islam remaja. Alhamdulillah di situlah mulai ada sedikit aplikasi dari kalender hijriah. Dalam kajian, kami biasa menulis tanggal kegiatan dengan tanggal hijriah dan tanggal masehi. Sehingga paling tidak, mulai agak familiar dengan tanggal hijriah. Sedangkan dalam majalah-majalah Islam juga biasanya membubuhkan tanggal hijriah bersama dengan tanggal masehi, bahkan ada yang hanya mencantumkan tanggal hijriah. Saya fikir, kegiatan dakwah remaja sangat berperan dalam menjaga eksistensi kalender hijriah dalam kehidupan remaja muslim.

Setelah cukup dewasa, saya dituntut tidak hanya menjadi obyek dakwah, namun juga harus berperan sebagai subjek dakwah. Untuk poin sosialisasi dan aplikasi kalender hijriah di kalangan umat Islam khususnya di kalangan remaja, saya berusaha melestarikan tradisi pemakaian bicalender pada tiap kegiatan kami. Pemakaiannya berupa penulisan tanggal pada surat menyurat, daftar hadir acara, spanduk kegiatan, banner kegiatan dan sebagainya. Ketika saya bergabung dalam majalah Islam remaja pun saya coba untuk mensosilaisasikannya dalam media tersebut.

Nah, sekarang saya ingin bercerita tentang momen-momen tahun baru hijriah dalam kehidupan saya. Awalnya saya sebenarnya merasa bahwa tahun baru masehi lebih spesial daripada tahun baru hijriah. Karena memang saya lebih familiar dan dekat dengan kalender masehi, serta karena perayaan tahun baru masehi itu memang meriah dimana-mana. Tidak hanya di Indonesia, bahkan di seluruh penjuru dunia. Mulai dari diberikannya hari libur, maksimalisasi layanan wisata, kembang api, terompet dan sebagainya, membuat tahun baru masehi diakui jauh lebih heboh dan meriah. Bandingkan dengan tahun baru hijriah, mana ada hari libur, promo wisata, terompet apalagi kembang api?

Perayaan tahun hijriah yang kami selenggerakan di desa biasanya dengan mengkhatamkan al-quran bersama-sama dalam semalam di masjid maupun surau. Namun remaja maupun pemuda yang menghadiri biasanya minim. Ada banyak anak-anak pun itu karena mereka santri MDA yang diwajibkan mengikuti kegiatan itu. Alhamdulillah karena saya bergabung dengan kajian remaja Islam tidak lama setelah tamat MDA, saya selalu eksis mengikuti kegiatan ini.

Ketika aktif dalam kegiatan dakwah remaja, Islam mulai tertanam kuat dalam hati sanubari saya. Sehingga hal-hal yang Islami sangat saya gandrungi karena sedang cinta-cintanya pada Islam. Oke, momen selanjutnya pada saat rapat PD IPM Kab. Tegal (Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Tegal). Kami merapat membahas agenda dakwah bertepatan dengan akhir tahun hijriah 1431, Nah, ketika memasuki tahun baru 1432 H (maghrib), kami saling mengucapkan selamat tahun baru. Rasanya begitu berkesan ketika sekumpulan muslim berkumpul dan merayakan tahun baru bersama-sama. Seolah-olah kami berada di negeri Islam sejati. Subhanallah. Lebih spesial lagi ketika kami pulang ke rumah masing-masing, ternyata di jalan "disambut" oleh macet karena ada pawai muharamman dari Kecamatan Adiwerna dan Talang. Kami bermacet-macet ria, namun hati amat gembira.

Tahun berikutnya, saya sedang KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Kebandungan, Bantarkawung, Brebes. Desa yang masih amat sangat terpencil. Desa ini dikelilingi hutan dan sungai, sehingga sangat terisolasi dari peradaban modern, hehe. Pokoknya masih sangat kental sekali nuansa pedesaannya, sekalipun listrik, televisi, telepon, bahkan internet sudah bisa diakses di desa tersebut. KKN adalah momen pertama saya bisa jauh dari rumah dalam tempo yang relatif lama (1,5 bulan). Beruntung sekali baik partner KKN, serta tempat dan warga desa sangat kondusif, sehingga saya betah di tempat KKN. Tiga minggu kemudian saya harus pulang ke Tegal karena PR IPM Ketileng akan mengadakan musyawarah ranting dan Majalah gemilang akan mengadakan open recruitment. Alhamdulillah ketika "kabur sementara" dari tempat KKN, saya bisa menghadiri dua acara tersebut dan alhamdulillah keduanya bisa berjalan lancar. Ternyata esok harinya adalah tahun baru hijriah 1433 H. Momen tahun baru yang indah.

Tahun depannya, tahun baru 1434 H, kembali momen indah terjadi di markas PD IPM Kab. Tegal di GDM Slawi. Saat itu ada agenda rapat persiapan program kerja unggulan kami, Lomba Lintas Alam. Menjadi lebih spesial karena beberapa teman shaum, sehingga berbuka puasa tepat saat tahun baru. What a beatifull momment.

Untuk tahun ini, 1435 H, momen indah tetap diberikan kepada saya. 4 hari menjelang tahun baru adalah kegiatan ToT (Training of Trainer) Jurnalistik yang diadakan oleh bidang saya (Pengkajian Ilmu Pengetahuan) di PW IPM Jateng (Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah). Alhamdulillah kegiatan itu berjalan lancar dan happy ending. Bersyukur sekali rasanya bisa menuntaskan amanah penyelenggaraan acara ini. Dalam kegiatan ini juga saya merasa lebih dekat dengan teman-teman PW IPM serta lebih percaya diri untuk tetap teguh mengemban amanah ini. Jujur saja setelah saya pindah di Semarang, justru banyak sekali hambatan untuk bisa meneruskan amanah di PW IPM.

Wah, 4 tahun terakhir ini momen tahun baru hijriah selalu spesial dan membahagiakan. Saya semakin cinta dengan tahun hijriah dan tentu saja semakin cinta dengan Islam. Oya, saya sudah lama tidak pernah menunggu-nunggu apalagi merayakan tahun baru masehi (terompet, begadang dsb), karena memang bagi saya nothing special. Malah sekarang saya merasa miris dan kesal ketika para kaum muda (yang mayoritas Islam) begitu lebay dalam menghidup-hidupi tahun baru masehi dengan beragam kemubadziran bahkan kemaksiatan. Mulai dari terompet, kembang api, konvoi, kencan dan bahkan sampai mabuk-mabukkan dan berbuat mesum. Astaghfirullahaladziem. Naudzubillah min dzalik.

Itulah sekilas oret-oretan saya tentang tahun baru hijriah. Tahun hijriah ternyata istimewa dan memang harus kita istimewakan sebagai seorang muslim. Merayakan tahun baru hijriah bukan dengan hal-hal yang mubadzir apalagi maksiat, rayakanlah dengan hal-hal positif seperti kajian Islam, membaca Al-quran, shodaqoh dan hal bermanfaat lainnya. Insya Allah tahun baru hijriah akan menjadi momen yang sangat spesial bagimu.

Sunday, November 3, 2013

TOT Jurnalistik PW IPM Jawa Tengah 2013
1-3 Nov 2013 di AKPER Muhammadiyah Kendal



Pose Bersama Crew PIP IPM Jawa Tengah


Alhamdulillah setelah "kabur" dari rumah yang sedang hajatan (pernikahan mbak) dengan menumpang tamu dari Semarang, sekitar pukul 24.00 aku sampai di alun-alun Kendal. Hemh, untungnya lokasi acara tidak terlalu jauh dari alun-alun, jadi bisa jalan kaki ke tempat itu.

Cukup berat juga datang ke tempat TOT, bukan apa-apa, sebenarnya ibu keberatan aku meninggalkan prosesi pernikakahan mbakku. Tapi  ya mau bagaimana lagi, ini amanah, ini tanggung jawab, harus dijalankan. Kegiatan IPM juga selalu menjadi magnet yang berdaya tarik maha kuat, sehingga selalu bisa menarikku masuk.

Oke, bingung juga mau menulis apa. Tapi yang pasti hari ini harus menulis. Lebih tepat mulai menulis lagi. Malu rasanya, mengadakan pelatihan jurnalistik/menulis, namun diri pribadi tidak produktif menulis. Apa kata dunia!!?? Haduh, kok jadi ngawur seperti ini ya. hehehe.. Baik, saya akan menulis selayang pandang kegiatan saja kemarin.
Session TOT Jurnalistik
Setelah sholat Isya di mushola, langsung kurebahkan tubuhku di tempat peristirahatan. Sudah ada beberapa anak di sana, tapi kurang tahu mereka siapa, entah peserta, panitia Kendal atau pemateri. Belakangan aku baru tahu kalau itu fasilitator dari LaPsi. hehe.  Pagi hari, acara TOT jurnalistik dilanjutkan lagi, entah materinya apa, kurang paham juga. Ada pemateri dari majalah Kuntum, dari LaPsi dan juga dari PIP PP IPM. Hanya pemateri dari PP IPM yang aku kenal, Mas Mudiyanto, alumni PW IPM Jateng.


Rapat Pleno PW IPM
Malam ahad, rekan-rekan PW IPM dari Solo dan Jogja datang rombongan, sehingga bada Isya kami sudah bisa mengadakan rapat pleno PW IPM. Cukup lengkap yang datang, mungkin sekitar 75 %. Itu artinya personil PW masih cukup solid. Kami membahas agenda-agenda yang kami lakukan meliputi turba dan menghadiri undangan dari daerah. Cukup banyak daerah yang sudah disambangi, mulai dari Solo, Semarang, Demak, Brebes, Purworejo, dan Salatiga. Begitu semangat teman-teman PWIPM. Kemudian kami membahas beberapa daerah yang masuk zona merah atau mengkhawatirkan (endanger), seperti Brebes, Boyolali, Kab. Semarang, Pati, Kota Pekalongan, Batang dan Wonogiri. Mas Seno mulai membagi-bagi tugas pada kami untuk segera menindaklanjuti kondisi ini dengan efektif. Kami hanya berharap 35 PDIPM se-Jateng bisa hidup, subur dan bangun seperti mars IPM. Proyek yang cukup berat, namun harus kami jalankan. Ah, aku malu belum bisa berbuat banyak untuk menjalankan amanah ini. Kedepan harus lebih baik, harus lebih berkarya, harus lebih bermanfaat.

Share Kesan Pesan Peserta TOT & DIKSUSTI
Ahad siang, alhamdulillah TOT Jurnalistik dan DIKSUSTI selesai dilaksanakan. Sempat bingung mau pulang ke Semarang, ternyata dapat tumpangan (lagi) hehe. Akhirnya pulang diantar pak Ketum sampai kos-kosan. Maturnuwun mas.

 Good Luck teman-teman PW IPM Jateng, tetap ikhlas, kuat dan semoga tetap diridhoi Allah... Aamiien...

Charity for blog development

Bagi yang ingin menyisihkan sebagian rezekinya untuk pengembangan blog ini, silahkan kirim ke rek BNI Cab. Semarang 0162468167
atas nama Muhamad Taufik Hidayat . Terimakasih. ;-)